asosiasi, asosiasi
dekonstruksi
negatif, positif, netral
material, hubungan, konotasi
dunia sekejap menakutkan
dunia sekejap menenangkan
dunia warna-warni
entah siapa diri ini
entah apa warna ini
kuambil cermin
kutatap dalam diri
kupikir, apa ini hanya materi
lalu tampak materi
kupikir lagi, apa ini bernyawa
lalu kurasakan nyawa
kuingat bahwa aku dalam sebuah proses
entah menuju ke mana
tapi ketika aku percaya
sekejap aku merasa damai
entah apa itu
tapi aku butuh itu
sesuatu untuk digenggam
sesuatu yang tuhan gariskan
lalu kucoba menyadari
asosiasi-asosiasi yang ada
mana yang manusia lukis
mana yang sudah terlukis dari awal oleh dunia
dan tuhan
berharap ada maksud dan tujuan
dari garis-garis yang tampaknya tak bermakna
kucoba lihat lagi ke cermin
kudapati banyak hal
sebuah dunia yang lebih luas dari dunia
manusia-manusia lain yang juga warna-warni seperti dunia
kenapa begitu aneh dan menyakitkan
kenapa kadang aku tak bisa menerima
kenapa kadang harapan ku terasa terlalu tinggi
kadang berharap begitu mendamaikan
kadang berharap begitu menyakitkan
asosiasi-asosiasi
ku berpijak pada garisnya
kusadari
bahwa garis ini adalah garis awal
yang harus kuterima
untuk bisa berdamai dengan semuanya
kemudian kusadari lagi
banyak asosiasi dari materi yang salah
banyak hal yang seharusnya tidak berhubungan, tapi dihubungkan
mencoba sekuat tenaga melampaui dunia
entah siapa yang menggariskannya
entah untuk apa dan kenapa
entah kenapa ia ingin sekali melukiskan kebencian
kutanya pada diriku sendiri
kenapa manusia bisa seperti ini
ada yang lebih hina dari iblis
ada yang lebih mulia dari malaikat
mungkin pertanyaan terbesarnya adalah,
ingin jadi apa diriku?
tapi kadang
sayap mereka susah dibedakan
kadang jalan yang kutempuh salah
dan harus memutar untuk menuju sebuah kebaikan
kadang aku marah dan juga benci
terhadap semua manusia lain yang juga membenci
apakah itu salah
apakah aku sama seperti mereka
asosiasi-asoisiasi
banyak yang aku coba hubungkan tapi tak berhasil
banyak hubungan yang kutemukan dan tidak bisa kuterima
aku ingin mengubahnya
mungkin, aku juga sama seperti mereka
seorang manusia yang bersusah-payah ingin merubah yang tidak bisa diterima
dan bersusah-payah menerima yang tak bisa diubah
apakah benar bisa tercapai
sebuah keinginan luhur di mana semua bisa hidup damai
dan saling mengerti satu sama lain
tanpa saling membenci?
aku hanya bisa berharap
dalam ketidakpastian, terus melangkah